Bram dan Ajuh, Warga Cipayung Megamendung, Harapkan Bantuan Pemerintah untuk Rumah Tak Layak Huni
Rumah keduanya terletak di RT 01 RW 08 Desa Cipayung, berdinding bilik dan beratap genting tua yang nyaris roboh. Setiap kali hujan turun, mereka harus menadah air menggunakan ember dan baskom agar tidak menggenangi ruangan.
Kepada awak media, Senin (20/10/2025), Bram menyampaikan harapan besar agar pemerintah memberikan bantuan untuk memperbaiki rumahnya yang sudah tidak layak huni.
“Rumah saya sudah rusak dan bocor di mana-mana. Saya tidak punya uang untuk memperbaikinya karena hanya bekerja serabutan sebagai kuli nyangkul. Penghasilan pas-pasan hanya cukup untuk makan dan sekolah anak. Kalau hujan, kami tidur berdesakan di satu kamar yang tidak bocor,” tutur Bram dengan nada sedih.
Hal senada disampaikan Ajuh, tetangganya yang juga hidup dalam kondisi serupa.
“Rumah saya juga bocor kalau hujan. Istri saya sakit stroke, tidak bisa jalan. Kalau hujan datang, kami hanya bisa pasrah dan menangis melihat keadaan ini,” ucap Ajuh lirih.
Bram mengaku bahwa pihak pemerintah desa dan dinas terkait pernah melakukan survei dan pendataan ke rumahnya. Namun hingga kini, bantuan yang dijanjikan belum juga terealisasi.
“Dulu sudah pernah disurvei dan difoto. Katanya rumah saya layak dapat bantuan, tapi sampai sekarang belum ada kabar. Saya sangat berharap pemerintah bisa membantu,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Dedi, Kaur Pembangunan Desa Cipayung, menjelaskan bahwa tahun ini belum ada program RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang berjalan di desa tersebut.
“Untuk wilayah itu atas nama siapa ya, Kang? Tahun ini belum ada program RTLH di desa. Kalau ada program dari dewan, pengajuannya melalui dewan, bukan desa. Sudah saya sampaikan juga kepada Bram dan Ajuh,” jelasnya.
Meski begitu, pihak desa berharap agar program reguler RTLH kembali aktif tahun depan agar lebih banyak warga bisa mendapatkan bantuan.
“Mudah-mudahan tahun depan program RTLH ada lagi supaya rumah-rumah warga yang benar-benar membutuhkan bisa diprioritaskan. Saya juga berharap kuotanya lebih banyak,” tambah Dedi.
Kisah Bram dan Ajuh menjadi potret nyata kesenjangan sosial di wilayah wisata yang seharusnya makmur. Warga berharap pemerintah daerah maupun dinas terkait segera menindaklanjuti keluhan warga kurang mampu tersebut, agar mereka bisa menempati rumah yang lebih layak dan aman.
(Red)