HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Di Bawah Atap Bocor, Bram dan Ajuh Bertahan Hidup di Rumah Nyaris Roboh: “Kami Hanya Bisa Berharap Pemerintah Datang”

Kab. Bogor Di tengah sejuknya udara Megamendung, Kabupaten Bogor, dua keluarga kecil justru hidup dalam ketakutan setiap kali hujan turun. Bukan karena petir, tapi karena atap rumah mereka yang nyaris ambruk dan dinding yang mulai lapuk.

Mereka adalah Bram dan Ajuh, dua kepala keluarga yang kini jadi sorotan publik setelah kisah pilu mereka viral di media daring. Rumah sederhana yang selama ini menjadi tempat berteduh justru kini menjadi ancaman keselamatan bagi keluarga mereka.

Bram, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, tinggal bersama istri dan empat anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. Dengan penghasilan tak menentu, keluarga ini hanya bisa pasrah melihat bagian demi bagian rumahnya rusak dan bocor. Saat hujan deras, air menetes dari berbagai sudut atap, dan angin malam menembus celah dinding kayu yang rapuh.

“Kalau hujan, kami berlindung di satu sudut rumah, takut atapnya jatuh. Kami cuma berharap pemerintah tahu dan mau bantu,” ujar Bram lirih saat ditemui awak media.

Melalui sejumlah media online, Bram dan Ajuh menyampaikan harapan besar agar keluhan mereka sampai ke Bupati Bogor, DPRD, Gubernur Jawa Barat, bahkan Presiden, agar ada uluran tangan membantu merenovasi rumah mereka yang sudah tak layak huni.

Namun hingga kini, harapan itu belum juga mendapat jawaban.
Ketika dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp pada Senin (21/10/2025), Camat Megamendung menyebut persoalan tersebut “sudah diantisipasi.” Tetapi hingga sore hari, tak ada satu pun pejabat yang datang meninjau rumah mereka.

Awak media bahkan mengirimkan video dan foto kondisi rumah saat hujan deras. Dalam gambar itu tampak air menetes dari atap, lantai becek, dan anak-anak Bram menggigil di dalam rumah. Namun tanggapan dari Camat hanya singkat, “Setiap ada info saya laporkan.”

Sementara itu, Dedi, Kepala Seksi Pembangunan Desa Cipayung, mengaku tak berdaya saat dimintai keterangan.

“Kasihan, Bang... gimana saya, itu bukan kebijakan saya,” ujarnya dengan nada pelan.

Padahal, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) pernah menegaskan bahwa tidak boleh ada satu pun warga Jawa Barat yang tinggal di rumah tidak layak huni. Ia bahkan mengancam akan menunda pencairan anggaran bagi desa yang tidak tanggap terhadap laporan masyarakat.

Kini, Bram dan Ajuh hanya bisa menatap langit-langit rumah mereka yang bolong, sambil berharap suatu hari nanti, bantuan benar-benar datang.
Mereka tak meminta banyak — hanya tempat yang aman untuk berteduh, agar anak-anak mereka bisa tidur tanpa takut atap runtuh di malam hari.

(Red)