Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa pesawat pengebom siluman B-2 Spirit terlibat langsung dalam serangan tersebut. Tak lama kemudian, seorang pejabat AS juga memastikan bahwa pesawat B-2 menjatuhkan bom penghancur bunker di fasilitas Fordow dan Natanz, menurut laporan The New York Times.
Setelah serangan itu, Trump memperingatkan Iran agar menyerah, seraya menyatakan, “Masih banyak target tersisa.”
Mengenal Pesawat Pembom Siluman B-2
Northrop Grumman Corporation mengembangkan pesawat B-2, yang disebut-sebut sebagai pesawat militer termahal sepanjang sejarah, dengan biaya sekitar $2,1 miliar AS per unit.
Pesawat ini menjadi satu-satunya alat tempur yang mampu membawa bom konvensional dan nuklir dengan kapasitas cukup besar untuk menghantam target sangat terlindungi seperti fasilitas nuklir Fordow yang tersembunyi di dalam gunung.
Angkatan Udara AS mencatat bahwa B-2 mampu menempuh jarak hingga 9.600 kilometer, dan dengan pengisian bahan bakar di udara, pesawat ini dapat mencapai hampir seluruh wilayah di dunia.
B-2 hanya menampung dua awak, yakni pilot dan komandan misi. AS hanya memproduksi 21 unit B-2 setelah Pentagon memangkas program pengadaannya.
Teknologi siluman pada B-2 menggabungkan bahan penyerap radar dan desain aerodinamis khusus yang meminimalkan deteksi musuh. Penampang radarnya bahkan disebut setara dengan burung kecil, menjadikannya hampir tidak terdeteksi oleh radar konvensional.
Saat ini, pesawat B-2 beroperasi dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri.
Bom Penghancur Bunker GBU-57
B-2 membawa senjata di dalam ruang senjata internalnya untuk mempertahankan karakteristik siluman. Salah satu senjata utamanya adalah GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom berpemandu presisi seberat 13,6 ton.
AS merancang bom ini khusus untuk menembus dan menghancurkan bunker serta terowongan bawah tanah seperti yang ada di Fordow. MOP memiliki panjang sekitar enam meter dan mampu menembus hingga 60 meter ke dalam tanah sebelum meledak.
Menurut ABC News, MOP menjadi satu-satunya senjata konvensional AS yang diyakini dapat menembus target keras dan terkubur dalam seperti Fordow.
Ahli pertahanan Justin Bronk menyebut bahwa setiap serangan MOP membutuhkan presisi mutlak — bom harus masuk dengan sempurna dan meledak di kedalaman yang tepat untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah secara efektif.