Tohir Bawazir: Pendekar Buku dan Pendakwah Tangguh, 36 Tahun Menerbitkan Kebenaran
Dari Kontrakan Kecil ke Penerbit Besar
Tohir Bawazir memulai perjuangannya dari nol. Bermodal pengalaman membantu penerbitan milik pamannya, ia merintis Pustaka Al-Kautsar di Yogyakarta sebelum hijrah ke Jakarta. Kontrakan sederhana dijadikan rumah sekaligus kantor.
Sejak awal, tujuannya bukan sekadar bisnis. Ia melihat buku sebagai ladang dakwah dan perjuangan. Setiap naskah ia baca sendiri untuk memastikan kualitas isi yang dapat dipertanggungjawabkan—bukan hanya kepada pembaca, tetapi juga kepada Allah SWT. Prinsipnya jelas: “Buku bukan hanya produk intelektual, tetapi juga produk moral.”
Kini, Pustaka Al-Kautsar telah menerbitkan lebih dari 3.500 judul buku dan dikenal sebagai salah satu penerbit Islam terbesar di Indonesia.
Pemimpin Humanis dan Dermawan
Rekan kerja mengenal Tohir sebagai pemimpin ulet, sederhana, humoris, dan dermawan. Ia tidak menjaga jarak dengan staf, kerap bercengkerama dan memberi perhatian personal. Kepemimpinan humanis inilah yang membuat Pustaka Al-Kautsar bertahan dan berkembang, bahkan ketika banyak penerbit lain tumbang.
Buku sebagai Warisan Zaman
Dalam peluncuran buku tersebut, Ketua IKAPI DKI Hikmat Kurnia menegaskan peran buku sebagai perpanjangan ingatan dan imajinasi, mengutip sastrawan Jorge Luis Borges. Hikmat juga mengingatkan pesan Buya Hamka bahwa manusia memiliki tiga umur: insaniyah (biologis), ilmiah (ilmu), dan amaliah (amal). Menulis dan menerbitkan buku, katanya, memperpanjang umur ilmiah dan amaliah sebagai amal jariyah.
Jejak Dakwah yang Abadi
Selama 36 tahun, Tohir Bawazir menghadirkan ribuan buku yang memperkaya wawasan, menguatkan keimanan, dan menjadi bagian penting peradaban Islam modern di Indonesia. Ia bukan hanya pengusaha, tetapi pendakwah sejati.
Dalam kesederhanaannya, ia meninggalkan pesan abadi: Menulislah jika ingin memperpanjang umur, karena buku adalah perpanjangan ingatan, dan ingatan adalah jalan menuju keabadian.
( Ddy )